ANALISIS SERAT CANDRARINI DAN KAITANNYA DENGAN SERAT
WULANG WANITA
Disusun
Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah
Telaah
Puisi Jawa Tradisioanal
Prodi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
Disusun
oleh:
Nama : Yoke Ana Marlina
NIM : 2601411062
Rombel : 3
NIM : 2601411062
Rombel : 3
JURUSAN
BAHASA DAN SASTRA JAWA
FAKULTAS
BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2012
BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Indonesia
mempunyai ratusan karya satra lama yang pada hakekatnya adalah cagar budaya
nasional. Serat piwulang merupakan salah satu hasil karya sastra yang banyak
ditemukan di wilayah Jawa. Serat yang merupakan hasil karya pujangga keratin
ini berisi berisi nasihat atau wejangan yang ditujukan kepada putri dan putra
raja, para wanita, para istri, dan lain sebagainya.
Serat
Candrarini yang akan dibahas dalam makalah ini merupakan salah satu contoh
serat piwulang yang ditujukan kepada para istri. Didalam Serat Candrarini
terdapat wejangan bagi istri untuk untuk menyikapi suaminya yang melakukan
poligami. Selain Serat Candrarini, penulis juga membahas tentang Serat Wulang
Wanita. pertanyaan yang dapat muncul adalah, adakah hubungan antara kedua serat
tersebut? Apakah manfaat serat piwulang tersebut? Masalah-masalah tersebut akan
dibahas dalam makalah ini.
1.2 Rumusan
Maslah
1. Apa
isi Serat Candrarini?
2. Bagaimana
hubungan antara Serat Candrarini dengan Serat Wulang Wanita?
3. Apa
manfaat serta piwulang tersebut?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan
isi Serat Candrarini.
2. Menjelaskan
hubungan antara Serat Candrarini dengan Serat Wulang Wanita.
3. Menjelaskan
manfaat serat piwulang.
BAB 2
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Isi
dan Terjemahan Serat Candrarini
Serat
Candrarini dikarang oleh seorang pujangga yang bernama Raden Ngabehi
Ranggawarsita, atas perintah Pakubuwana IX. Serat ini berisi wejangan dan
ajaran untuk para istri bagaimana menyikapi masalah poligami yang dialaminya.
Berikut kutipan Serat Candrarini pupuh Sunim 1-13:
Berikut kutipan Serat Candrarini pupuh Sunim 1-13:
1.
kang
hagnya gita sri nata
ing
Surakarta nagari
Pakubuwana
ping sanga
Mangun
wasitaning estri
Ingkang
cinitreng ari
Respati
tanggal ping pitu
Jumadilakir
wulan
Kanem
BBe Sangkeleng warsi
Piyarsakna
trusing kang sabda narendra
2.
liring
kang wiyata arja
ujar
ugering pawestri
kang
winayuh dennya karma
yogya ngupakareng dhiri
majrenih
merdiweni
wiwida
ganda rum-arum
rumarah
ngadi warna
winor
ing naya mamanis
mangesthia
ing reh cumondhonging karsa
3.
awit
jenenging wanodya
pegat
dennya palakrami
anistha
kadarma nira
wigar
denira dumadi
sami
lan mangun teki
kang
badhar subratanipun
punggel
kaselan cipta
marma
sagunging pawestri
marsudia
widadaning palakrama
4.
den
kadi duk jaman purawa
garwanta
sang Pandhu siwi
kang
kocap laying wiwaha
lilima
ayu linuwih
tiga
putrining aji
kang
kalih atmajeng wiku
pantes
dadya tuladha
estri
kang kanggeping karma
SUMBADRA
Winursita
dyah lima candraning warna
5.
kang
sepuh Wara Sumbadra
saking
Mndura nagari
atnaja
Sri Basudewa
ing
warna ngresepke ati
sumeh
kang netra lindri
pasaja
ing driya tangguh
semu
kurang budaya
awijang
dedeg respati
kuning
wenes labete among kepama
6.
tan
pati ngadi busana
mangu
kadung yen lumaris
etmia
arang ngendika
tan
regu semune manis
lirih
tanduking angling
lumuh
ing wicara sendhu
amot
mengku aksama
tuhune
pribadi pinrih
setya
priya datan lenggana sakarsa
7.
mring
maru kadi sudara
rumesep
tan walang ati
sanadyan
kurang budaya
legawa
anrusing batin
winong
wong widadari
lebet
kadangira Wisnu
marma
sang Dananjaya
pamengkune
semu erring
marunira
anggepe sami nyuwita
8.
myang
raka Sri Baladewa
miwah
Prabu Harimurti
kalangkung
ing tresnanira
marang
Dyah Banoncinawi
kadang
estri setunggil
kapisah
panggenanipun
mila
tansah anduta
wau
sng narendra kalih
tanya
warna mring sang renta madubranta
9.
garwa
ingkang paneggak winarni
apaparab
Dewi Manohara
saking
pratapan wijile
putranira
sang wiku
Manikhara
ingkang palinggih
Wukir
Tirtakawama
Ing
warna pinunjul
Kadi
gambar wawangunan
Netra
njait anteng pamulune manis
Yen
paes wimbuh endah
10.
nadyan
ngusut yekti maksih manis
wanda
luruh kang bahu awijang
maya-maya
sawangane
amardapa
ngunguwung
kuning
wenes asemu wilis
lir
hyang pudhak sinurat
katon
warnanipun
tan
pae pipindhanira
andakara
katawenging ima nipis
rumamyang
amradipta
11.
anyunari
ingkang sitaresmi
kuciwaning
pan among samatra
dene
lugas gegelunge
ananging
maksih mungguh
sara
ramping sranduning dhiri
marmanta
kurang madya
ing
pambukanipun
lir
tawon gung kang gumana
lambungira
satata amilangoni
kadya
sekar kintaka
12.
lathi
ndhamis anggula sathemlik
rekta
kadya kang manggis karengat
kengis
dening wiragane
waja
amiji timun rentet rapat ing pucuk kuning
kumilat
wor wicara
weh
kesar kang ndulu
sarwa
lus sasolahira
yen
amesem iriban arang kaeksi
sinamun
angandika
13.
tembung
arum rumaket amanis
tandukira
angangayuh driya
bisa
nuju ing karsane
priya
myang marunipun
pinapangkat
dennya ngladeni
susila
anor raga
sepi
ing piyangkuh
enget
trahing dwijawara
betah
nglapa karem ing bansa ngastuti
(Serat Candrarini, pupuh Sinom)
Isi kutipan Serat Candrarini, pupuh Sinom adalah
sebagai berikut:
Serat ini ditulis atas perintah Pakubuwana IX pada hari kamis, bulan Jumadillakhir, tahun 1796. Beliau mengutarakan bahwa istri yang dimadu oleh suaminya hendaknya merawat diri dengan selalu memakai wangi-wangian, merias diri dan bertingkah laku yang baik. Sejatinya seorang wanita apabila berpisah dengan suaminya maka nistalah dia, karena hal itu menunjukkan ia tidak bisa menjalankan kewajibannya. Oleh karena itu seorang istri harus menjaga perkawinannya dengan setulus hati. Seperti diceritakan di dalam serat wiwaha, pada jaman dahulu arjuna memiliki lima istri yang cantik jelita. Tiga istrinya adalah putri raja, sedangkan dua yang lain adalah putri pendeta. Kelimanya pantas dijadikan teladan bagi para istri.
Serat ini ditulis atas perintah Pakubuwana IX pada hari kamis, bulan Jumadillakhir, tahun 1796. Beliau mengutarakan bahwa istri yang dimadu oleh suaminya hendaknya merawat diri dengan selalu memakai wangi-wangian, merias diri dan bertingkah laku yang baik. Sejatinya seorang wanita apabila berpisah dengan suaminya maka nistalah dia, karena hal itu menunjukkan ia tidak bisa menjalankan kewajibannya. Oleh karena itu seorang istri harus menjaga perkawinannya dengan setulus hati. Seperti diceritakan di dalam serat wiwaha, pada jaman dahulu arjuna memiliki lima istri yang cantik jelita. Tiga istrinya adalah putri raja, sedangkan dua yang lain adalah putri pendeta. Kelimanya pantas dijadikan teladan bagi para istri.
Istri
yang pertama adalah Sumbadra, putri Sri Basudewa yang berasal dari negara Mandura. Wajahnya
sangat menyenangkan hati. Murah senyum, mata sipit, berhati teguh, jujur dan
perawakannya tegap. Sumbadra selalu berbusana rapi layaknya seorang putri.
Ketika berjalan, terlihat anggun dan berwibawa. Sumbadra adalah seseorang yang
yang tidak banyak bicara, tidak angkuh, serta ketika bertingkah dan berbicara
selalu ia lakukan dengan halus dan hati-hati. Bersifat pemaaf dan setia
terhadap suaminya. Sumbadra telah menganggap madunya sebagai saudara sendiri karena
ia telah ikhlas menerima suaminya berpoligami.
Istri
Arjuna selanjutnya adalah Dewi Manohara putri pendeta Manokhara yang berasal dari
gunung Tirtawakama. Matanya sipit dan berwajah manis dan akan terlihat semakin
cantik jika ia berias diri. Walaupun wajahnya sedang bersedih, tetapi ia masih
terlihat manis sekali. Namun, terdapat satu kelemahan, yaitu gulungan rambutnya
kurang rapi. Meskipun begitu masih terlihat pantas. Manohara memiliki tubuh
yang amat ramping, bibirnya kecil berwana merah seperti manggis yang merekah.
Polah tingkahnya amat sangat anggun. Giginya seperti biji timun, kecil, rapat
berjajar dan kemilau. Manohara seorang yang pendiam , namun tingkahnya selalu
bisa menyentuh hati, termasuk suaminya dan madunya. Manohara juga bersifat
sopan, rendah hati dan tidak angkuh.
2.2 Hubungan
antara Serat
Candrarini dengan Serat Wulang Wanita.
Serat
Wulang Wanita merupakan salah satu dari kumpulan serat yang terdapat pada buku
serat Wira Iswara karangan Pakubuwana IX. Pada dasranya Serat Wulang Wanita sama
dengan serat Candrarini, yakni sama-sama diperuntukkan kepada para wanita dan
berisi wejangan agar wanita atau istri dapat bertingkah laku sacara benar,
artinya sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat, serta
dapat melayani suaminya dengan baik. Perbedaannya yaitu Serat Candrarini
membahas wejangan untuk istri, terutama dalam masalah poligami. Berikut ini
inti Serat Wulang Wanita pupuh Dhandhanggula:
Sejatinya
seorang istri harus mengabdi dan patuh lahir dan batin kepada suami. Tidak lupa
patuh kepada ibu dan ayah, karena hal itulah yang menjadi penyebab rasa cinta
suami kepada istri. Kemudian seorang perempuan harus waspada dan jangan
berpikiran buruk. Hal ini dikarenakan dapat merusak nalar menjadi tidak bening
dan menjalar ke seluruh tubuh. Sehingga menyebabkan rasa enggan untuk patuh
kepada ayah dan ibu. Patuh itu wajib, karena sudah menjadi kewajiban bagi semua
makhluk ciptaanNya. Seorang wanita
juga harus dapat menjaga rahasia dirinya.
Kutipan Serat Wulang Wanita pupuh Dhandhanggula 1-5:
1.
murweng
sarkara nata sung wangsit
mring
sagunging wanita kang samya
winengku
marang priyane
kudu
manut sakayun
ngayam-ayam
karsaning laki
lelejema
mrih rena
karanane
iku
dadi
jalaraning tresna
ning
wong priya yayah guna lawan dhesti
pasthine
mung elingan
2.
away
linglung leleng ora eling
lalu
lina: lalabaning lara
badan
tumekeng atine
titi
tan mikir wuruk
angrurusak
budi tan wening
nangsaya
mring sarira
ras-arasen
nurut
wulanging
bapa lan biyang
yekti
pentes tinurut jer iku dadi
jalaraning
tumitah
3.
tetepa
natar tamtuning estri
pan
pinetri wawadining badan
dadi
tartip iku rane
tartip
tegese urut
runtut
titis wajibing estri
titis
bener tegesnya
nering
driya iku
ywa
liya mring lakinira
reh-arahen:
ywa arda driya den manis
ulat
wijiling sabda
4.
dadi
kanggo tinurut ing laki
jer
ta sira miturut tur awas
marang
karsaning lakine
nor
raga dadi iku
marmaning
hyang asih mring dasih
sumingkir
duka cipta
iku
adatipun
abet
labuhaning kuna
kang
kasusra: wanita kanggo ing laki
yogya
linaluria
5.
myat
ing solah myang karsaning laki
kira-kira
mrih reseping karsa
dadi
timbang mrih perlune
laki
kongasing kalbu
bungah
lengah-lengah kang estri
tinurt
kasembadan
tan
cuwa tyasipun
lir
taru katiban warsa
ngrembaka
ron kembang pentile andadi
tentrem
tan walang driya
(Serat Wulang Wanita
pupuh Dhandhanggula 1-5)
2.3 Manfaat
Serat Piwulang
Serat
piwulang merupakan karya sastra lama yang mempunyai beberapa manfaat,
diantaranya:
2.3.1 Sebagai
wejangan atau nasihat
Serat
piwulang berisi nasihat untuk para putri, putra, wanita dan atau istri. Dengan
adanya wejangan ini dapat membentuk karakter sesuai dengan nilai dan norma yang
berkembang di dalam masyarakat. Serat Candrarini dan Serat Wulang Wanita,
misalnya, berisi wejangan kepada istri bagaimana cara melayani suami.
2.3.2 Menggambarkan
kehidupan masa lampau
Segala
sesuatu yang ditulis dalam serat piwulang merupakan penggambaran kehidupan
dimana serat tersebut dibuat, sehingga dapat diketahui pada jaman itu
unggah-ungguh atau etika selalu dijunjung tinggi. Termasuk etika dalam
memperlakuka suami dan patokan wanita untuk bertingkah laku secara tepat
seperti yangterdapat pada Serat Candrarini dan Serat Wulang Wanita.
2.3.3 Dapat
dinikmati nilai estetikanya
Serat
piwulang merupakan salah satu karya sastra yang mengagumkan. Hal ini
dikarenakan, mengingat kehidupan masa lalu dengan segala keterbatasannya yang
jauh bila dibandingkan dengan jaman sekarang. Para pujangga dengan pikirannya dapat
membuat suatu karya yang mengandung nilai
estetika tinggi. Kata-kata diolah sedemikian rupa dengan
mempertimbangkan unsure guru lagu, guru wilangan, dan guru gatra. Akan tetapi
walaupun mengandung nilai estetika yang tinggi, karya tersebut tetap mengandung
wejangan atau piwulang.
2.3.4 Memberi
wejangan kepada para wanita tentang apa yang menyebabkan suami semakin jatuh
cinta kepada istri
Dalam
Serat Wulang Wanita telah dijelaskan bahwa “jalaraning tresna” atau hal yang
menyebabkan suami jatuh cinta kepada istri adalah seorang istri harus mengabdi
dan patuh kepada suami, serta patuh kepada ayah dan ibu.
2.3.5 Memberi
wejangan kepada para wanita, bahwa hendaknya seorang wanita dapat menjaga
rahasia diri
Dalam
Serat Wulang Wanita juga dijelaskan bahwa wanita hendaknya menjaga rahasia
diri. Hal ini dikarenakan agar hidupnya menjadi tertib, serta sudah menjadi
kewajiban wanita untuk menjaga rahasia
diri.
2.3.6 Memberi
wejangan kepada para wanita agar menerima keputusan suami yang berpoligami
Dalam
Serat Candrarini telah dijelaskan bahwa seorang istri harus menerima keputusan
suaminya yang berpoligami. Seorang istri juga harus tetap mengabdi kepada suaminya
dan harus rukun dengan madunya.
BAB 3
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan
dari makalah ini adalah Serat Candrarini berisi wejangan kepada para istri,
terutama dalam hal poligami. Serat Candrarini berhubungan dengan Serat Wulang
Wanita, yaitu berisi wejangan cara bersikap dan bertingkah laku yang baik dan
benar bagi para wanita. serat piwulang memiliki beberapa manfaat, diantaranya,
sebagai wejangan atau nasihat, dapat menggambarkan kehidupan dimasa lampau,
dapat dinikmati nilai estetikanya, menjelaskan cara agar suami jatuh cinta
kepada istri, menjelaskan hendaknya wanita dapat menjaga rahasia diri dan
member wejangan kepada wanita agar menerima setulus hati keputusan suami yang
ingin berpoligami.
3.2 Saran
Penuis
memberikan saran kepada para membaca agar mengaplikasikan wejangan-wejangan
yang ada di dalam Serat Candrarini dan Serat Wulang Wanita dalam kehidupan
sehari hari. Hal ini diharapkan agar tercipta kehidupan berumah tangga yang
tentram dan sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
Pakubuwana
IX.a.b.Hardjana HP.1979.Serat Wara
Iswara.Proyek penerbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan
Daerah:Jakarta
Widada, dkk.2005.Kamus
Basa Jawa(Bausastra Jawa).Kanisius:Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar